Dewa Ayu
4 min readSep 9, 2023
Photo belong to me<3

Judul: The Midnight Library (Perpustakaan Tengah Malam)
Penulis: Matt Haig
Halaman: 368

Ulasan Personal: 4,7/5

The Midnight Library (Perpustakaan Tengah Malam) menceritakan tentang seorang wanita bernama Nora Seed yang merasa putus asa dengan hidupnya karena dia dipenuhi oleh penyesalan yang disebabkan oleh keputusan-keputusan yang dia ambil dan merasa tidak dibutuhkan lagi oleh orang-orang di hidupnya.

Kakaknya yang tidak mau berbicara dengannya akibat Nora memutuskan untuk keluar dari band yang mereka bentuk, ibu dan ayahnya yang sudah lama meninggal, pertunangan yang batal karena Nora memutuskan untuk kabur, orang tua dari murid les pianonya yang memintanya untuk berhenti mengajarkan piano, kucingnya yang mati, bahkan tetangga renta Nora sudah tidak lagi memerlukan bantuannya. Saat itu, Nora merasa dunianya runtuh, dan baginya, pilihan terbaik saat itu adalah untuk menghilang dari dunia. Alias mati.

Namun, ketika dia berada di ambang kematian, dia malah terjebak di sebuah perpustakaan bernama Perpustakaan Tengah Malam. Di sana, Nora diberi kesempatan untuk mencoba kehidupan lain dari dirinya yang terdapat dalam buku-buku di perpustakaan itu supaya dia bisa menghapus penyesalan-penyesalan di kehidupan akarnya. Supaya Nora dapat memilih kehidupan yang dia inginkan. Supaya dia punya harapan lagi. Supaya dia bisa hidup.

Setelah mengarungi banyak kehidupan lain dari dirinya, akhirnya Nora sadar bahwa tidak ada kehidupan yang lebih baik dari kehidupan akarnya. Karena hanya di kehidupan akarnya lah, Nora bisa menjadi Nora.

Untuk ending dari buku ini, ternyata tidak sesederhana yang dibayangkan. Tidak sesederhana Nora yang akhirnya menemukan kehidupan yang ingin dia jalani. Atau pun tidak sesederhana Nora yang kembali ke kehidupan akarnya. Tidak sesederhana menebak satu akhir yang mutlak dalam cerita ini. Penulis menyuguhkan ending cerita yang dapat mengangatkan hati para pembacanya jika saja mereka mau menggali akhir dari cerita ini lebih dalam.

Alur dari novel ini sangat menarik. Pembaca akan diajak untuk berkelana ke kehidupan-kehidupan yang sangat bertolak belakang, dan dari sana, pembaca akan dapat banyak pelajaran berharga. Secara garis besar, buku ini memberitahu pembacanya untuk tidak berlarut-larut dalam penyesalan, karena selama kamu masih hidup, kesempatan untuk memperbaiki diri akan selalu ada. Tidak ada kata terlambat. Menyesal adalah hal yang lumrah bagi manusia, tetapi membiarkan dirimu untuk tenggelam di dalamnya lah yang akan menjadi momok mengerikan. Kamu bisa saja kehilangan harapan dan … memilih untuk hilang selamanya dari dunia.

Keinginan Nora untuk mati adalah karena ketiadaan dari harapan dan potensi.

Cara penulis buku ini untuk menggambarkan betapa depresinya Nora benar-benar patut diacungi jempol. Ketika Nora merasa menyesal, ketika Nora merasa tidak dibutuhkan, ketika Nora memilih untuk mati, pembaca dibuat seakan-akan mereka menjadi Nora dan hal itu benar-benar mengimpit dada. Terlebih saat Nora sedang melakukan perang batin dengan dirinya sendiri, membuat karakter Nora menjadi lebih hidup dan suasana depresif sangat terasa. Penulis buku ini sangat piawai dalam menggambarkan berbagai perasaan negatif dan situasi yang mendukung perasaan-perasaan tersebut. Apalagi jika pembaca juga pernah mengalami hal serupa dalam kehidupan asli mereka, pasti rasa sakitnya akan terasa dua kali lipat.

Selain alur dan cara penulis untuk menggambarkan situasi, buku ini juga banyak memberikan motivasi yang bukan omong kosong. Setiap motivasi dalam buku ini benar adanya dan bisa membuat hati para pembaca merasa tergerak untuk mengikuti motivasi-motivasi tersebut, terlebih bagi mereka yang juga mengalami fase-fase gelap seperti yang Nora alami.

Terlepas dari kepiawaian penulis buku ini untuk menggambarkan setiap situasi, bahasa terjemahan dari buku ini memakai istilah yang kurang familier ketika dibaca. Seperti salah satu contohnya adalah menggulung layar. Bagi yang tidak pernah mendengar istilah tersebut akan merasa keheranan, layar apa yang digulung? Mungkin dapat memakai istilah yang lebih familier, seperti menggulir layar . Dan masih terdapat beberapa terjemahan yang kurang familier selain yang disebutkan sebelumnya.

Selain istilah yang membingungkan, buku ini juga membahas Filsafat dan Fisika dengan agak mendalam. Ketika membahas tentang filsafat, yang dibahas adalah teori-teori yang digagas oleh David Thoreau, Aristoteles, dan filsuf-filsuf lainnya. Ketika membahas tentang Fisika, yang dibahas adalah Fisika Kuantum, Teori Kucing Schrödinger, dan teori-teori lainnya. Memang filsafat dan fisika dalam buku ini berpengaruh dalam alur — mengingat Perpustakaan Tengah Malam memiliki konsep yang mirip dengan dunia paralel — tetapi bagi orang awam, teori-teori tersebut bisa saja agak sulit untuk dicerna. Mungkin dapat memakai bahasa yang mudah dipahami oleh orang awam.

Terlepas dari kekurangan buku ini, secara keseluruhan, buku ini sangat cocok untuk dibaca ketika kamu sedang berada dalam titik terendah dalam hidupmu. Buku ini benar-benar akan memberikan perspektif yang bagus sehingga akan menimbulkan benih-benih harapan bagi pembacanya untuk tetap melanjutkan hidup mereka.

Semoga dengan membaca buku ini, kamu akan mendapatkan pencerahan dalam hidup.

“Pergilah,” ujar Mrs. Elm sambil terbatuk. “Hiduplah.”

Dewa Ayu

They didn't let me to speak, so I write || eaJPark adorer♡